Rabu, 23 April 2014

Manusia dan Penderitaan

Manusia dan Penderitaan

Penderitaan merupakan kodrat yang sudah ada dalam setiap individu manusia. Berbagai macam penderitaan yang dialami oleh manusia yang ada di dunia. Ada yang membuahkan keberhasilan tetapi adapula yang menyebabkan kehancuran. Ada satu hal yang menjadi pintu gerbang yang menjadi penentu keberhasilan seseorang. Arti dari penderitaan itu sendiri adalah menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan mempunyai tingkatan tersendiri, dari yang berat sampai yang rendah. Tergantung bagaimana manusia itu sendiri menanggapi penderitaan yang dihadapinya. Tuhan memberikan Manusia cobaan bukan karena tidak cinta terhadap makhluknya, melainkan sebaliknya yaitu untuk menguji seberapa besar tanggung jawab manusia terhadap dirinya dan masalah yang dihadapinya.

Sebagai contoh penderitaan, sedikit saya akan menceritakan penderitaan yang dialami Ayah saya sebelum menjadi orang yang sukses. Mungkin cerita ini hanya sekedar cerita, Cerita ini bukanlah bermaksud untuk menunjukkan kesombongan, akan tetapi saya berharap dapat menginspirasi kita semua bagi yang membacanya. Langsung saja saya akan bercerita bagaimana penderitaan yang dialami oleh Ayah saya.

Pada awalnya Ayah saya hanyalah anak yang lahir disebuah desa yang berada di pedalaman kota Sragen. Ketika beranjak dewasa, ia memutuskan untuk berpindah sekolah di Ibukota Jakarta. Akan tetapi setelah lulus sekolah, ia tidak dapat melanjutkan sekolahnya di Perguruan Tinggi. Akhirnya ia memutuskan untuk bekerja. Namun ia kebingungan mencari pekerjaan. Pada saat itu beliau berpikir bahwa dia tidak ingin bergantung kepada orang lain. Saat itu Ayah saya mempunyai ide, yaitu ingin berjualan. Tetapi ia kembali berpikir ingin berjualan apa? Akhirnya Ayah saya memutuskan untuk berjualan ayam potong yang berada di pasar tradisional. Keluarganya sangat menentang sekali ketika itu, termasuk Ayah Ibunya. Mereka sangat tidak setuju kalau Ayah saya berjualan ayam potong. Namun niat ayah saya sudah bulat, dia tetap ingin berjualan ayam potong.

Ayah saya belajar berjualan dari penjual ayam potong di pasar tradisional. Ia belajar mulai dari pemotongan yang baik dan benar, hingga cara memasarkan dagangannya. Setelah ia belajar cukup lama, akhirnya ia mencari lapak untuk berjualan. Pada saat itu ia dapat tempat untuk berjualan di daereah Pademangan, Jakarta. Setelah ia mendapatkan tempat untuk berjualan, ia pun berjualan ayam potong di pasar tersebut.

Hari demi hari ia berjualan, penghasilannya pun cukup memuaskan. Sedikit demi sedikit ia sisihkan untuk dimasukkan ke dalam tabungan. 3 tahun berlalu, Ayah saya dapat membeli sebuah rumah dari hasil tabungannya. Tidak terlalu besar memang, namun sangat berarti baginya. Ia tetap berjualan ayam potong di pasar tradisional, 2tahun kemudian hasil tabungannya dapat membeli sebuah mobil yang terbaru pada saat itu. Betapa senang dan bangganya ia dapat membeli yang diinginkan. Setelah kelahiran saya, tepatnya ketika saya berumur 5 tahun Ayah saya memutuskan untuk usaha yang lebih besar lagi, yaitu menjadi Produsen kedua setelah peternak ayam (produsen pertama) lalu para pedagang ayam mengambilnya ke Ayah saya. 





















           Impiannya membangun usaha tersebut terwujud, hingga akhirnya pada saat saya berumur 11tahun Ayah saya mengalami kebangkrutan yang sangat besar. Hingga menjual rumah, kendaraan bahkan tanah yang dimiliki untuk membayar hutang. Ayah saya pun tidak ingin hidup dalam kesulitan yang cukup lama. Akhirnya ia di percaya oleh kakaknya untuk mengelola bisnis yang sama. Ayah saya banting tulang untuk menghidupi keluarga dan ia kembali bekerja keras untuk mengumpulkan modal. 2,5tahun kemudian modal sudah terkumpul, ia kembali membuka bisnis yang sama di Jakarta dengan sebelumnya yaitu produsen kedua. Ketika saya berumur 16tahun, usaha Ayah saya mengalami keberhasilan yang sangat pesat, Ayah saya pun kembali membeli rumah dan mobil untuk saya dan keluarga. Hingga akhirnya Ayah saya membuka cabang kedua di daerah Solo. Tidak sebesar di Jakarta memang, namun hasilnya cukup memuaskan. Sampai sekarang ayah saya pun masih menjalankan usahanya. Namun, pada sekarang ini ia sedang membuka usaha baru bersama kakaknya di Kota Cirebon. Ia sedang membuka usaha Pom Bensin. sedang tahap pembangunan memang, mudah-mudahan Ayah saya dapat membuka usaha barunya dengan lancar tanpa hambatan. Amin


Cerita ini bukan bermaksud saya ingin menunjukkan kesombongan, akan tetapi kita dapat mengambil hikmah dari cerita tersebut. Pada awalnya memang manusia mempunyai penderitaan, namun dengan usaha, kegigihan, dan bekerja keras yang bersungguh-sungguh akan membuahkan hasil yang sangat memuaskan.
FROM MINUS TO ZERO

FROM ZERO TO HERO

0 komentar:

Posting Komentar