Selasa, 18 Maret 2014

TRADISI NASI KUNING

 TRADISI NASI KUNING 
di
KELUARGA KU


Kali ini saya akan membahas tradisi unik yang ada di keluarga saya, yaitu Tradisi Nasi Kuning. Telah lama sekali saya mengenal Nasi Kuning yang  dibentuk seperti keucut, biasa kita menyebutnya tumpengan. Makanan ini telah menjadi makanan favorit saya sejak kecil. Ibu saya selalu rajin membuatkan nasi kuning setiap kali ada salah seorang dari anggota keluarga saya yang sedang berulang tahun. Entah itu ayah saya, ibu saya, adik-adik saya, maupun saya sendiri. Ternyata tradisi membuat nasi kuning ini sudah dilakukan sejak jaman kakek buyut saya. Tradisi ini sudah turun temurun di keluarga saya. Percaya atau tidak, jika salah seorang di keluarga saya ada yang sedang berulang tahun, lalu ibu saya tidak membuatkan nasi kuning, maka orang yang sedang berulang tahun itu akan jatuh sakit atau akan terjadi kesialan di hari jadinya itu.
Ketika saya duduk di kelas 5SD, saya meminta untuk tidak dibuatkan nasi kuning ketika saya sedang berulang tahun. Lalu ibu saya tidak membuatkannya, pada hari itu juga saya mengalami sakit demam tinggi secara tiba-tiba. Akhirnya ibu saya harus membuatkan nasi kuning, disaat itu juga sakit demam tinggi tersebut berangsur-angsur membaik. Karena saya sangat penasaran dengan kejadian tersebut, ketika saya duduk di kelas 7SMP saya mencoba kembali meminta kepada ibu saya untuk tidak membuatkan nasi kuning. Yang terjadi di hari itu adalah saya mengalami nasib yang sangat sial, hingga dompet saya hilang. Setelah kejadian tersebut, ibu saya langsung memasak nasi kuning. Bukan hanya saya saja, ketika adik-adik saya berulang tahun dan meminta untuk tidak dibuatkan nasi kuning, mereka langsung sakit demam. Bahkan ketika ayah saya berulang tahun dan tidak dibuatkan nasi kuning, ayah saya langsung jatuh sakit. Dan ketika ibu saya sedang berulang tahun, pada saat itu ibu saya sengaja tidak membuat nasi kuning, lalu saya dan keluarga pergi untuk bertamasya, akan tetapi ketika di tengah perjalanan, mobil yang dinaiki oleh keluarga saya ditabrak oleh bus besar, untung saja keluarga saya tidak mengalami cedera yang fatal. Sementara mobil saya mengalami kerusakan yang parah. Keesokan harinya Ibu saya langsung kembali memasak nasi kuning.
Dengan kejadian-kejadian tersebut, sejak itu lah ibu saya rajin dan tidak abstain membuatkan nasi kuning untuk keluarga saya. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Memang yang saya rasakan jika ibu saya tidak membuatkan nasi kuning, saya merasa ada yang kurang lengkap. Saya merasa ada yang hilang. Tradisi ini memang sudah turun temurun atau mendarah daging di keluarga saya. Sampai sekarangpun tradisi ini terus dilakukan di keluarga besar saya. Tentunya saya berharap tradisi ini terus dilakukan dan tetap bertahan di keluarga saya hingga akhir jaman. Inilah tradisi yang harus di pertahankan, oleh sebab itu saya sangat tertarik untuk membahas tradisi ini.

A.               Sejarah

           Masyarakat Jawa, Bali dan Madura memiliki kebiasaan membuat tumpeng untuk kenduri atau merayakan suatu peristiwa penting. Meskipun demikian hampir seluruh rakyat Indonesia mengenal tumpeng. Falsafah tumpeng berkait erat dengan kondisi geografis Indonesia, terutama pulau Jawa, yang dipenuhi jajaran gunung berapi. Tumpeng berasal dari tradisi purba masyarakat Indonesia yang memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam arwah leluhur (nenek moyang) dan dewa-dewa. Nasi yang dicetak berbentuk kerucut dimaksudkan untuk meniru bentuk gunung suci. Perayaan atau kenduri adalah wujud rasa syukur dan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas melimpahnya hasil panen dan berkah lainnya. Karena memiliki nilai rasa syukur dan perayaan, hingga kini tumpeng sering kali berfungsi menjadi kue ulang tahun dalam perayaan pesta ulang tahun.

            Dalam kenduri, syukuran, atau slametan, setelah pembacaan doa, tradisi tak tertulis menganjurkan pucuk tumpeng dipotong dan diberikan kepada orang yang paling penting, paling terhormat, paling dimuliakan, atau yang paling dituakan diantara orang-orang yang hadir. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang tersebut. Kemudian semua orang yang hadir diundang untuk bersama-sama menikmati tumpeng tersebut. Dengan tumpeng masyarakat menunjukkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan sekaligus merayakan kebersamaan dan kerukunan.

           Acara yang melibatkan nasi tumpeng disebut secara awam sebagai 'tumpengan'. Di Yogyakarta misalnya, berkembang tradisi 'tumpengan' pada malam sebelum tanggal 17 Agustus, Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, untuk mendoakan keselamatan negara.

B.               Variasi

Tumpeng Robyong - Tumpeng ini biasa disajikan pada upacara siraman dalam pernikahan adat Jawa Tumpeng ini diletakkan di dalam bakul dengan berbagai macam sayuran. Di bagian puncak tumpeng ini diletakkan telur ayam, terasi, bawang merah dan cabai.
  1. Tumpeng Nujuh Bulan - Tumpeng ini digunakan pada syukuran kehamilan tujuh bulan. Tumpeng ini terbuat dari nasi putih. Selain satu kerucut besar di tengah, tumpeng ini dikelilingi enam buah tumpeng kecil lainnya. Biasa disajikan di atas tampah yang dialasi daun pisang.
  2. Tumpeng Pungkur - digunakan pada saat kematian seorang wanita atau pria yang masih lajang. Dibuat dari nasi putih yang disajikan dengan lauk-pauk sayuran. Tumpeng ini kemudian dipotong vertikal dan diletakkan saling membelakangi.
  3. Tumpeng Putih - warna putih pada nasi putih menggambarkan kesucian dalam adat Jawa. Digunakkan untuk acara sakral.
  4. Tumpeng Nasi Kuning - warna kuning menggambarkan kekayaan dan moral yang luhur. Digunakan untuk syukuran acara-acara gembira, seperti kelahiran, pernikahan, tunangan, dan sebagainya.
  5. Tumpeng Nasi Uduk - Disebut juga tumpeng tasyakuran. Digunakan untuk peringatan Maulud Nabi.
  6. Tumpeng Seremonial/Modifikasi

C.               Lauk-Pauk
        Tidak ada lauk-pauk baku untuk menyertai nasi tumpeng. Namun demikian, beberapa lauk yang biasa menyertai adalah perkedel, abon, kedelai goreng, telur dadar/telur goreng, timun yang dipotong melintang, dan daun seledri. Variasinya melibatkan tempe kering, sereundeng, urap kacang panjang, ikan asin atau lele goreng, dan sebagainya. Dalam pengartian makna tradisional tumpeng, dianjurkan bahwa lauk-pauk yang digunakan terdiri dari hewan darat (ayam atau sapi), hewan laut (ikan lele, ikan bandeng atau rempeyek teri) dan sayur-mayur (kangkung, bayam atau kacang panjang). Setiap lauk ini memiliki pengartian tradisional dalam budaya Jawa dan Bali. Lomba merias tumpeng cukup sering dilakukan, khususnya di kota-kota di Jawa Tengah dan Yogyakarta, umtuk memeriahkan Hari Proklamasi Kemerdekaan.


D.               Makna Simbolik


             Nasi putih/Nasi Kuning dan lauk-pauk dalam tumpeng juga mempunyai arti simbolik:

Nasi putih / Nasi Kuning
Berbentuk gunungan atau kerucut yang melambangkan tangan merapat menyembah kepada Tuhan. Juga, nasi putih melambangkan segala sesuatu yang kita makan, menjadi darah dan daging haruslah dipilih dari sumber yang bersih atau halal.
Bentuk gunungan ini juga bisa diartikan sebagai harapan agar kesejahteraan hidup kita pun semakin “naik” dan “tinggi”.
Sedangkan Nasi Kuning melambangkan suasana keceriaan dan kegembiraan selalu dalam menikmati berkat dan karunia apapun

Ayam: ayam jago (jantan)
Dimasak utuh dengan bumbu kuning/kunir dan diberi areh (kaldu santan yang kental), merupakan simbol menyembah Tuhan dengan khusuk (manekung) dengan hati yang tenang (wening). Ketenangan hati dicapai dengan mengendalikan diri dan sabar (nge”reh” rasa).
Menyembelih ayam jago juga mempunyai makna menghindari sifat-sifat buruk yang dilambangkan oleh ayam jago, antara lain: sombong, congkak, kalau berbicara selalu menyela dan merasa tahu/menang/benar sendiri (berkokok), tidak setia dan tidak perhatian kepada anak istri.

Ikan Lele
Dahulu lauk ikan yang digunakan adalah ikan lele bukan bandeng atau gurami atau lainnya. Ikan lele tahan hidup di air yang tidak mengalir dan di dasar sungai. Hal tersebut merupakan simbol ketabahan, keuletan dalam hidup dan sanggup hidup dalam situasi ekonomi yang paling bawah sekalipun.

Ikan Teri / Gereh Pethek
Ikan teri/gereh pethek dapat digoreng dengan tepung atau tanpa tepung. Ikan Teri dan Ikan Pethek hidup di laut dan selalu bergerombol yang menyimbolkan kebersamaan dan kerukunan.

Telur
Telur direbus pindang, bukan didadar atau mata sapi, dan disajikan utuh dengan kulitnya, jadi tidak dipotong, sehingga untuk memakannya harus dikupas terlebih dahulu.
Hal tersebut melambangkan bahwa semua tindakan kita harus direncanakan (dikupas), dikerjakan sesuai rencana dan dievaluasi hasilnya demi kesempurnaan. Telur juga melambangkan manusia diciptakan Tuhan dengan derajat (fitrah) yang sama, yang membedakan hanyalah ketakwaan dan tingkah lakunya.

Sayuran dan Urab-uraban
Sayuran yang digunakan antara lain kangkung, bayam, kacang panjang, taoge, kluwih dengan bumbu sambal parutan kelapa atau urap. Sayuran-sayuran tersebut juga mengandung simbol-simbol antara lain:
  1. Kangkung berarti jinangkung yang berarti melindung, tercapai.
  2. Bayam (bayem) berarti ayem tentrem,
  3. Taoge/cambah yang berarti tumbuh,
  4. Kacang panjang berarti pemikiran yang jauh ke depan/inovatif,
  5. Brambang (bawang merah) yang melambangkan mempertimbangkan segala sesuatu dengan matang baik buruknya,
  6. Cabe merah diujung tumpeng merupakan symbol dilah/api yang meberikan penerangan/tauladan yang bermanfaat bagi orang lain.
  7. Kluwih berarti linuwih atau mempunyai kelebihan dibanding lainnya.
  8. Bumbu urap berarti urip/hidup atau mampu menghidupi (menafkahi) keluarga.
Tahu dan tempe kering
Melambangkan kesederhanaan dan merakyat

Alas dari daun pisang
Menyiratkan wujud kesederhanaan, kebersahajaan dan kembali mensyukuri nikmat alam semesta.

Masakan Pendamping
Menyimbolkan sikap kedewasaan dalam menerima dan menyatukan bermacam perbedaan yang dihadapi.











1 komentar: