*Kepemimpinan (Leadership)*
Definisi pengembangan kepemimpinan
(leadership development) adalah perluasan kapasitas sesorang untuk menjadi
efekortif dalam peran dan proses kepemimpinan. Peran dan proses kepemimpinan
merupakan peran dan proses yang memungkinkan kelompok orang dapat bekerja
bersama dengan cara yang produktif dan bermanfaat. Ada tiga hal penting dalam
definisi pengembangan kepemimpinan ini, yaitu:
1.
Pengembangan
kepemimpinan diarahkan pada pengembangan kapasitas inividu, atau tujuan
utamanya adalah kapasitas individu.
2.
Apa yang membuat
seseorang efektif dalam peran dan proses kepimimpinan. Setiap orang dalam
kehidupaannya harus mengambil peran dan berpartisipasi dalam proses
kepemimpinan agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya dalam masyarakat sekitarnya,
oragnisasi dimana mereka bekerja, kelompok professional dimana mereka diakui
keberadaannya, tetangga dimana mereka bermasyarakat, dan seterusnya.
3.
Individu dapat
memperluas kapasitas kepemimpinannya. Kuncinya adalah bahwa setiap orang bisa
belajar, tumbuh, dan berubah. (Cynthia D. McCauley, Russ . Moxley, Ellen Van
Velsor, 1998:4).
Sedangkan Manajemen adalah
seperangkat proses yang dapat menjaga sistem yang kompleks, terdiri dari orang
dan teknologi dan berjalan secara perlahan. Aspek-aspek terpenting dalam
manajemen meliputi perencanaan, penganggaran, organizing, staffing, pengawasan,
dan pemecahan masalah. Kepemimpinan adalah seperangkat proses yang menciptakan
organisasi mampu mengadaptasi pada lingkungan yang berubah secara signifikan.
Kepemimpinan mendefinisikan seperti apakah masa depan itu, membimbing orang
sesuai dengan visi tersebut, dan memberi inspirasi kepada mereka untuk membuat
hal itu terjadi meskipun banyak hambatan (John P. Kotter, 1996).
Perbedaan Antara Manajemen dengan Kepemimpinan :
Manajemen
1.
Merencanakan dan
menganggarkan: membuat tahapan-tahapan yang detail dan schedule untuk
pencapaian hasil yang diinginkan, kemudian mengalokasikan sumber-sumber yang
diperlukan untuk pencapaiannya
2.
Mengorganisasi dan
staffing: membuat beberapa struktur untuk pelaksanaan unsure-unsur perencanaan,
mengisi struktur tersebut dengan individu-individu, mendelegasikan tugas dan
tanggungjawab untuk melaksanakan rencana tersebut, merumuskan policy dan
prosedur untuk membantu mengarahkan orang, dan membuat metode atau system untuk
memonitor kegiatan
3.
Mengawasi dan
memecahkan masalah: memonitor hasil, mengidentifikasi defiasi perencanaan,
kemudian merencanakan dan mengorganisir untuk memecahkan persoalan-persoalan
tersebut.
4.
Menghasilkan sesuatu
yang terprediksikan dan menyusun serta memiliki kemampuan untuk secara
konsisten memperoleh hasil-hasil jangka pendek yang diinginkan oleh stakeholder
(seperti untuk customer, selalu tepat waktu; dan untuk stake holder, sesuai
dengan anggaran
Kepemimpinan
1.
Membuat pedoman:
mengembangkan visi masa depan – visi jangka panjang – dan strategi-strategi
untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan untuk pencapaian visi tersebut
2.
Mengarahkan orang:
mengkomunikasikan gagasan dengan kata-kata dan tingkahlaku kepada semua orang
dengan mana kerjasama mungkin diperlukan seperti untuk mempengaruhi kreasi team
dan kerjasama yang memahami visi dan strategi dan yang menerima validasinya
3.
Memotivasi dan
memberikan in spirasi: menyemangati orang un tuk memecahkan hambatan-ham batan
politis mendasar, birokrasi, dan keterbatasan-keterbatasan sumber daya untuk
berubah sesuai dengan kepuasan dasar yang merupakan kebutuhan manusia yang
sering belum terpenuhi.
4.
Menghasilkan perubahan,
sering pada tingkat yang dramatis, dan memiliki potensi untuk menghasilkan
perubahan yang sungguh-sungguh bermanfaat (seperti produk baru yang diinginkan
customer, pendekatan-pendekatan baru guna membangun kerjasama yang membantu
menjadikan perusahaan lebih.
*Manajemen
Konflik
dalam Organisasi*
Konflik organisasi adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih banyak anggota organisasi atau
kelompok karena harus membagi sumber-sumber yang langka atau aktivitas kerja dan atau karenamereka mempunyai status, tujuan
penilaian
atau pandangan yang berbeda.
Dari dua pengertian mengenai konflik
organisasi tersebut, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa konflik timbul karena perbedaan atau tidak sesuaian pandangan dan prinsip cara penilaianantara
dua atau lebih anggota
organisasi mengenai pencapaian
tujuan
organisasi. Jadi dengan demikian konflik organisasi dapat terjadi
karena
sebab-sebab
yang bukan
pada
perbedaan atau tujuan organisasi semata, melainkan perbedaan cara menempuh tujuan tersebut, oleh karenanya sering
terjadi
konflik. Namun karena tujuannya sama, maka konflik
bukan berarti meniadakan kerja sama untuk
mencapai tujuan perusahaan (organisasi) atau tujuan bersama. Dengan demikian konflik
dapat berdampingan dengan
kerja sama (co-operation).
Jadi konflik bukan lawan dari co-operation (kerjasama) melainkan dapat sebagai peraturan
kerjasama. Sedangkan lawan co-operation (kerjasama) adalah
non co-operation (tidak ada
kerjasama). Jika
dilihat dari berfungsi atau tidaknya konflik,
maka konflik itu dapat dibagi menjadi 2
bagian::
1. Konflik Fungsional, yaitu konflik yang memang bertujuan dan mempunyai dampak atau kegunaan yang positif bagi pengembangan dan kewajaran
organisasi. Persoalan yang menyebutkan terjadinya konflik
hanya semata-mata pada persoalan bagaimana organisasi dapat
mencapai suatu taraf kemajuan tertentu yang
diinginkan bersama oleh seluruh para anggota organisasi, bukanlah segolongan atau kelompok tertentu.
Jadi hanya berhubungan dengan
prospek kemajuan organisasi secara keseluruhan di masa datang.
2. Konflik non fungsional, yaitu konflik yang sama sekali tidak berkaitan dengan prospek
kemajuan organisasi. Konflik yang terjadi hanya benar-benar berkaitan dengan misalnya "human interest", sentimen pribadi para anggota organisai. Demikian pula atas intrik-intrik pribadi,
golongan yang
human interestnya
sama, Permasalahan
kurang
adanya relevansi dengan prospek organisasi.
Untuk menyelesaikan perselisihan antara berbagai pihak dapat dilakukan dengan tujuan cara (Edwin B. Flippo 1994) : (1) Cara menang kalah dimana satu pihak
memaksa pihak
lain untuk mengalah (2)
Menarik diri dan mundur dari perbedaan pendapat (3) Memperhalus perbedaan-perbedaan atau membuat
perbedaan itu kelihatan
kurang penting (4)
Mengutamakan tujuan, dimana kedua pihak untuk sementara diminta menghentikan perselisihan perselisihan demi
kerjasama dalam hal-hal yang lebih bernilai dan lebih penting (5) Mengkompromikan,
memisahkan perbedaan dan berunding untuk mencapai
posisi-posisi antara yang dapat diterima (6) Penyerahan kepada
suatu
pihak ketiga dari luar untuk mengambil keputusan seorang wasit dan (7)
Mengundang pihak
ketiga dari
luar untuk menengahi
dan membantu
dua
pihak
utama mencapai suatu penyelesaian.
*Motivasi*
Motivasi
(motivation) kata dasarnya adalah motif (motive) yang berarti
dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian
motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong tau menjadikan seseorang
melakukan suatu perbuatan/kegiatan, yang berlangsung secara sadar (Sumantri,
2012) Motivasi dapat diartikan sebagai daya pendorong (driving force)
yang menyebabkan orang berbuat sesuatu atau diperbuat karena takut akan
sesuatu. Misalnya ingin naik pangkat atau naik gaji, maka perbuatannya akan
menunjang pencapaian keinginan tersebut (Hasibuan, 2005).
Hasil
penelitian Mc Clelland (1961), Edward Muray (1957), Miler dan Gordon W (1970),
Anwar Prabu Mangkunegara (2000) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif
antara motivasi kerja dengan pencapaian kinerja. Artinya, pimpinan, manajer dan
pegawai yang mempunyai motivasi tinggi akan mencapai kinerja tinggi, dan
sebaliknya
Ada
beberapa teori tentang motivasi diantarnya teori motivasi menurut Maslow dan
Herzberg. Menurut Maslow, manusia didorong untuk memenuhi kebutuhan yang paling
kuat sesuai waktu, keadaan dan pengalaman yang bersangkutan mengikuti suatu
hirarki. Maslow mendasarkan konsep hirarki kebutuhan pada dua prinsip
(Mangkunegara, 2009). Pertama, kebutuhan-kebutuhan manusia dapat disusun dalam
suatu hirark dari kebutuh terendah sampai tertinggi. Kedua, suatu kebutuhan yang
telah terpuaskan berhenti menajdi motivator utama perilaku. Hirarki kebutuhan
dari yang terendah sampai yang tertinggi diantaranya kebutuhan fisiologi
(pakaian, perumahan, makanan, bernafas), kebutuhan keamanan dan keselamatan,
kebutuhan untuk rasa memiliki (kebutuhan diterima kelompok, berafiliasi,
berinteraksi), kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri
(kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, dan potensi) (Handoko,
2000).
Teori
Maslow banyak berguna bagi manajer dalam usaha memotivasi karyawan paling tidak
untuk dua hal. Pertama, teori ini dapat digunakan untuk memperjelas dan
memperkirakan tidak hanya perilaku individual tetapi kelompok dengan melihat
rata-rata kebutuhan yang menjadi motivasi mereka. Kedua, teori ini menunjukkan bahwa
bila tingkat kebutuhan terendah telah terpuaskan, faktor tersebut akan berhenti
menajdi motivator penting dari perilaku tetapi dapat menjadi sangat penting
bila mereka menghadapi situasi khusus, seperti disingkirkan, diancama atau
dibuang (As’ad, 2001).
Teori
motivasi lain dikembangangkan oleh Herzberg yang merupakan pengembangan dari
teori hirarki kebutuhan menurut Maslow. Teori Herzberg memberikan dua
kontribusi penting bagi pimpinan organisasi dalam memotivasi karyawan. Pertama,
teori ini lebih eksplisit dari teori hirarki kebutuhan Maslow, khususnya
mengenai hubungan antara kebutuhan dalam performa pekerjaan. Kedua, kerangka
ini membangkitkan model aplikasi, pemerkayaan pekerjaan (Sumantri, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap akuntan dan ahli teknik Amerika Serikat
dari berbagai Industri, Herzberg mengembangkan teori motivasi dua faktor.
Menurut teori ini ada dua faktor yang memengaruhi kondisi pekerjaan seseorang,
yaitu faktor pemuas (motivation factor) yang disebut juga dengan satisfier
atau instrinsic motivation dan faktor kesehatan (hygienes) yang
juga disebut disatisfier atau ekstrinsic motivation (Handoko, 2000).
Teori
Herzberg ini melihat ada dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu
faktor intrinsik, merupakan daya dorong yang timbul dari dalam diri
masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari
luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja (Hasibuan,
2005).
0 komentar:
Posting Komentar