Selasa, 25 Maret 2014

CERPEN

Cintaku Terhalang Ibu-Mu

Nama ku Ino. Ketika kelas 9 aku berkenalan dengan seseorang yang bagiku itu sangat cantik sekali, wanita berkerudung, dan baik hati. Ia bernama Vitha. Ketika itu aku berkenalan melalui media social. Kami sangat akrab sekali, sampai setiap hari kami selalu berkomunikasi. Hingga pada suatu hari aku mulai menyukainya, begitupun pula sebaliknya. Aku mengatakan kepadanya "Vitha, maukah kamu jadi pacar ku?". Pada saat itu hatiku berdetak sangat kencang sekali, pikiran ku kemana-mana menjadi tak karuan karena takut tidak diterima olehnya. Pada akhirnya Vitha pun menjawab pertanyaanku "Ino, apakah kamu serius denganku? Apakah kamu begitu mencintai ku?". Aku pun berkata "aku serius sama kamu, aku sangat mencintaimu, aku takut kehilanganmu". Dengan hati yang sangat berdetak dengan kencang, aku sampai tidak tahu harus bagaimana kembali., Dalam hatiku "semoga aku diterima kek, aku takut kehilangannya". Tidak lama setelah itu, Vitha pun memberi jawaban kembali "Iya no, aku mau kok jadi pacar kamu". Saat ia berkata seperti itu, aku sangat senang sekali. Namun terselip pertanyaan yang ada di benakku, lalu aku katakana kepadanya "Apakah kamu menerima aku apa danya? Baik segala kekurangan ku atau kelebihan ku". Itha pun langsung menjawab "aku menerima kamu apa adanya kok, aku juga begitu mencintaimu". Setelah aku mengetahui isi hatinya, dan sekarang aku menjadi kekasihnya, hatiku pun sangat lega, senang sekali rasanya. Aku berharap esok hari bisa bertemu dengannya.
Setelah ia pulang sekolah, aku meminjam sepeda motor kepada tanteku dengan alasan untuk bermain ke rumah teman. Akhirnya aku pun menjemputnya di dekat sekolahnya, ia sangat senang sekali ku jemput. Aku mengantarkan ia sampai di depan gapura perumahannya di daerah Jakarta Utara. Terlihat sangat senang sekali Vitha ku antarkan pulang. "Makasih yaaa aku udah dianterin pulang hehe" ujarnya sambil tersenyum bahagia. Dan aku pun menjawab "iya sama-sama, aku senang kok bisa nganterin kamu pulang ke rumah". Aku pun pulang dengan rasa bahagia sekali.
Tak terasa hubungan ini terus berjalan, sampai pada suatu hari kami menghadapi Ujian Nasional. Seminggu sebelum ujian nasional kami tidak berkomunikasi sama sekali sampai selesainya ujian nasional. Rasa rindu ini sangat terasa sekali, dan kami telah selesai melaksanakan ujian nasional. Suatu hari, handphone ku berbunyi dan bergetar, lalu aku melihat handphone ku sambil berharap bahwa si Vitha mengirim pesan kepadaku. Melalui pesan singkatnya ia mengatakan "sayang, gimana kabar kamu? Gimana ujiannya bisa ga?", Aku pun langsung membalasnya "Alhamdulillah baik kok, kamu gimana? Aku bisa kok mengerjakan ujiannya. Kalau kamu gimana?", Itha pun langsung membalasnya "hehe aku bisa dooong, insyaallah nilai kita bagus yaaa ", aku langsung kembali membalasnya" hehe amiinn amiin ". Beberapa bulan kemudian tibalah pengumuman nilai hasil Ujian Nasional, aku dan Itha pun sangat mengkhawatirkan nilainya. Dan ketika pengumuman nilai hasil ujian nasional, Vitha pun memberi tahu kepadaku bahwa nilainya memuaskan, pada saat itu nilai dari keseluruhan 34, sementara aku hanya 30. Aku akui dia memang sangat pintar sekali, wajar sekali dia mendapatkan nilai yang sangat tinggi.
Pada suatu hari, tibalah saatnya pendaftaran Sekolah Menengah Atas. Vitha mendaftar di SMA unggulan, letaknya bersebelahan disamping Sekolah Menengah Pertama-ku. Ketika itu Ibu ku meminta aku untuk mendaftar di sekolah unggulan tersebut, namun aku menolaknya dengan alasan bosan dengan lingkungan di daerah tersebut. Akhirnya aku mendaftar di Sekolah Menengah Atas yang letaknya sedikit lebih jauh dengan sekolahnya Itha. Ibu ku mengizinkannya aku mendaftar di sekolah tersebut. Akhirnya aku dan Itha diterima di sekolah yang kita inginkan. "Lagi-lagi aku tak satu sekolah dengannya, tak apalah aku masih bisa bertemu setiap hari meski kita berbeda sekolah" batinku.
Hari demi hari tak terasa ku jalani, setelah sebulan aku bersekolah di SMA akhirnya aku diizinkan untuk membawa sepeda motor ke sekolah oleh kedua orang tuaku. Setelah pulang sekolah aku pun langsung mengirim pesan singkat kepada Vitha yang berisi "Kamu udah pulang belum? Aku udah pulang nih, aku jemput yaaa?" Vitha pun langsung membalasnya "Iya, kamu mau jemput aku? Tapikan aku diundang sama sopir". Dengan hati kecewa aku pun membalasnya "yaahh yaudah deh aku pulang aja". Setelah aku membalas pesan singkatnya, aku pun langsung menuju ke rumah. Akan tetapi, ketika di tengah perjalanan aku menrima pesan singkat dari Vitha yang mengatakan "yaudah kamu jemput aku aja gapapa, aku udah bilang kok sama sopir-ku". Tanpa berpikir lama, aku langsung menuju sekolahannya Vitha dengan hati yang sangat senang karena dapat bertemu dengannya. Ketika aku sampai di sekolahnya, dengan setianya Vitha menunggu ku. Setelah itu aku mengajaknya untuk makan siang bareng di sebuah restoran. Dan setelah kami makan di restoran tersebut, aku pun langsung mengantarkannya pulang ke rumah. Aku sangat bahagia sekali bisa bertemu dengannya, setelah beberapa minggu tak bertemu. Dan aku pun langsung pulang ke rumah.
Setelah lamanya hubungan ku dan Itha berjalan kurang lebih 1 tahun 6 bulan, akhirnya orang tuanya Vitha pun mengetahui hubungan kami. Pada saat itu, Ibunya sangat tidak setuju dengan ku, entah kenapa Ibunya melarang Itha berpacaran dengan ku. Pada saat itu hati ku begitu sangat sedih sekali, begitu pula dengan Vitha. Ternyata Ibunya Vitha lebih setuju dengan mantannya Vitha sebelum ku yang bernama Ugi, karena mereka sudah saling mengenal dengan orang tuanya. Hati ku pun bertambah sedih, setiap hari aku semakin takut kehilangannya. Begitu pula dengan Itha, hatinya pun sedih. Karena hampir setiap hari aku selalu bersamanya, dimana ada Vitha pasti ada aku. Susah dan senang kita melewatinya bersama. Wajar sekali kalau aku dan Vitha sangat takut akan kehilangannya. Semenjak itu pun, hubunganku dengannya selalu di uji dengan berbagai tes.
Suatu hari, aku sedang makan bersamanya di sebuah restoran. Vitha meminjam handphone ku, dan membuka isi pesan handphone ku. Pada saat itu ia mengira aku memiliki kekasih lain selainnya. Setelah ku yakinkan akhirnya ia mempercayainya juga. Setelah itu pun, aku tidak bertemunya kurang lebih 2 minggu. hubunganku dengannya semakin renggang, entah apa yang harus kulakukan untuknya. Aku begitu mengecewakannya. Ketika aku bertemu dengannya, wajahnya terlihat sedih sekali. Lalu ku mengajaknya makan siang bareng di sebuah restoran, di dekat tempat les nya. Setelah ia pulang dari tempat les, aku pun menjemputnya kembali di tempat les nya, dan ketika di dekat rumahnya, aku tidak sengaja membentaknya karena ketika itu aku sedang kesal bahwasannya Itha jarang menghubungiku. Dan aku pun langsung pulang ke rumah.
Ketika aku baru sampai rumah, handphone ku berdering tanda pesan singkat darinya. Isi dari pesan singkat tersebut Vitha mengaku sudah lelah dengan hubungan ini, ibunya pun tak merestuinya, lalu ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Meski hatiku tidak terima, tapi keputusannya tidak bisa diganggu gugat, aku selalu mempertahankan hubungan ini. Namun kenyataannya tetap tidak bisa, Vitha tetap ingin mengakhiri hubungan ini. Aku tau ia juga sangat sayang kepadaku, buktinya ketika ku telepon dirinya ia sedang menangis sangat kencang sekali. Di saat itu hatiku hancur, aku selalu sedih ketika mengigat saat sedang bersamanya. Aku pun masih tidak menerima dengan keputusannya. Namun mau bagaimana lagi, bagaikan pepatah mengatakan "Nasi sudah menjadi Bubur".
Setelah keputusannya tersebut, hari-hariku sepi tanpanya. Begitu sedihnya hatiku ketika harus berpisah dengannya. Hubungan yang sudah lama terjalin berakhir dengan sia-sia begitu saja. Sepuluh hari kemudian aku mendapat kabar dari salah seorang temannya, ia mengatakan bahwasannya Itha kembali berpacaran dengan mantannya yang sebelum ku, dan yang di restui oleh Ibunya itu yang bernama Ugi. Betapa sakitnya hatiku, tapi aku berpikir harus belajar untuk melepaskannya agar bahagia.

#cerita ini hanya fiktif belaka.

0 komentar:

Posting Komentar